Sunday, November 18, 2012

pohon tua


Di suatu tempat, dikisahkan ada
sebatang pohon yang hidup sudah
ratusan tahun. Dahannya rimbun
dengan dedaunan. Batangnya tinggi
menjulang. Akarnya, tampak
menonjol keluar, menembus tanah
hingga dalam. Pohon itu, tampak
gagah dibanding pohon lain di
sekitarnya

Pohon itu pun menjadi tempat hidup
bagi beberapa burung di sana.
Mereka membuat sarang, dan
bergantung pada batang-batangnya.
Burung-burung itu membuat
lobang, dan mengerami telur-telur
mereka dalam kebesaran pohon itu.
Pohon itu pun senang mendapatkan
teman saat mengisi hari-harinya
yang panjang.

Orang-orang pun bersyukur atas
keberadaan pohon tersebut. Mereka
kerap singgah dan berteduh pada
kerindangan pohon itu. Orang-orang
itu sering duduk, dan membuka
bekal makanan di bawah naungan
dahan-dahan.

"Pohon yang sangat berguna," begitu
ujar mereka setiap selesai berteduh.
Lagi-lagi, sang pohon pun bangga
mendengar perkataan tadi.
Namun, waktu terus berjalan. Sang
pohon pun mulai sakit-sakitan.
Daun-daunnya rontok, ranting-
rantingnya pun mulai berjatuhan.
Tubuhnya, kini mulai kurus dan
pucat. Tak ada lagi kegagahan yang
dulu dimilikinya. Burung-burung
pun mulai enggan bersarang di sana.
Orang yang lewat, tak lagi mau
mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih.

" Ya Tuhan, mengapa begitu berat
ujian yang kau berikan padaku? Aku
butuh teman. Tak ada lagi yang mau
mendekatiku. Mengapa Kau ambil
semua kemuliaan yang pernah aku
miliki?" ratap sang pohon, hingga
terdengar ke seluruh hutan.

" Mengapa tak kau tumbangkan saja
tubuhku, agar aku tak perlu
merasakan siksaan'ini?" Sang pohon
terus menangis, membasahi
tubuhnya yang kering.
Musim telah berganti, namun
keadaan belum mau berubah. Sang
pohon tetap kesepian dalam
kesendiriannya. Batangnya tampak
semakin kering. Ratap dan tangis
terus terdengar setiap malam,
mengisi malam-malam hening yang
panjang. Hingga pada saat pagi
menjelang.

" Cittt. . . cericirit. . . cittt"

Ah suara apa itu?

Ternyata ada seekor anak burung
yang baru menetas. Sang pohon
terhenyak dalam lamunannya.

" Cittt...cericirit...cittt," suara itu
makin keras melengking. Ada lagi
anak burung yang baru lahir. Lama
kemudian, riuhlah pohon itu atas
kelahiran burung-burung baru.
Satu...dua...tiga...dan empat anak
burung lahir ke dunia.'
" Ah, doaku dijawab-Nya," begitu
seru sang pohon.

Keesokan harinya,
banyak burung berberbangan ke arah pohon itu.
Mereka akan membuat sarang-
sarang baru. Ternyata, batang kayu
yang kering, mengundang burung
jenis tertentu tertarik untuk
bersarang di sana. Burung-burung
itu merasa lebih hangat berada di
dalam batang yang kering daripada
sebelumnya. Jumlahnya pun lebih
banyak dan lebih beragam.

" Ah, kini hariku makin cerah
bersama burung-burung ini ",
gumam sang pohon dengan berbinar.
Sang pohon pun kembaii
bergembira. Dan ketika dilihatnya ke
bawah, hatinya kembali berbungah.
Ada sebatang tunas " baru yang
muncul di dekat akarnya. Sang Tu-
nas tampak tersenyum. Ah, rupanya,
air mata sang pohon tua itu,
membuahkan bibit baru yang akan
melanjutkan pengabdiannya pada
alam.



No comments:

Post a Comment